Pertama
marilah kita me-refresh pikiran kita tentang apa yang dimaksud dengan “Titik
Didih”? Masih ingat definisi titik didih? Yup, titik didih adalah suhu dimana
terjadi perubahan wujud dari cair menjadi uap (gas). Tahukah kamu bahwa
normalnya titik didih zat cair terjadi pada suhu dimana tekanan uapnya adalah 1
atm.
Apa
artinya? Apabila kita merebus air dalam panci tertutup, maka air tersebut akan
mendidih saat tekanan uap dalam panci mencapai 1 atm, oleh sebab itulah merebus
air dalam keadaan tertutup lebih cepat mendidih dibandingkan dengan keadaan
terbuka. Bagimana titik didih air apabila kita tambahkan garam didalamnya, apakah
titik didihnya naik atau turun?
Titik
didih larutan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih pelarut murninya.
Jadi apabila kita membandingkan titik didih air murni dengan larutan garam maka
titik didih larutan garam akan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih air
murni. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Dari
penjelasan hokum Raoult dan tekanan uap larutan kita tahu bahwa adanya zat
terlarut yang tidak mudah menguap di dalam suatu pelarut akan menurunkan
tekanan uap pelarutnya, akibatnya tekanan uap larutan akan lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murninya. Dengan demikian semakin
banyak energi yang diperlukan untuk mencapai tekanan uap sebesar 1 atm,
sehingga larutan akan memiliki titik didih yang lebih tinggi.Jadi bila di buat kesimpulan
adalah sebagai berikut:
Pelarut
+ zat terlarut non-volatil → larutan → tekanan uapnya rendah → titik didih
menjadi lebih tinggi dibandingkan pelarut murni.
Dari
sini muncul istilah kenaikan titik didih larutan yang dirumuskan sebagai Dimana
?T adalah kenaikan titik didih, Kb adalah konstanta kenaikan titik didih, m
adalah molalitas zat terlarut. Molalitas (m) larutan dicari dengan menggunakan
rumus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar